Karakter baru diperkenalkan lagi. Kali ini Parmalim
Batak bermarga Sagala. Lewatnya, jaring laba-laba Supernova makin
terang-benderang. Mungkin Dee ingin pembaca ejakulasi
sebentar, sebelum disuguhkan orgasme
dahsyat tentang apa sebenarnya Supernova.
Dewi ‘Dee’ Lestari hanya butuh dua tahun
untuk menyuguhkan Gelombang, keping
baru dari heksaloginya, Supernova. Penggemar setia karya ini setidaknya tak
menunggu delapan tahun seperti saat menanti kehadiran Partikel (2012) novel keempat, setelah Akar (2004) novel ketiga.
Tak perlu berpuasa lama untuk melanjutkan
petualangan yang disajikan Supernova. Kali ini, karakter baru muncul untuk
memandu kita. Namanya, Thomas Alfa Edison Sagala. Biasa dipanggil Ichon saat
masih di kampungnya di Sianjur Mula-Mula, sebuah kampung yang konon tempat
lahir bangsa Batak pertama kali di dunia. Letaknya di Pulau Samosir, di
tengah-tengah Danau Toba.
Kisah Ichon dimulai saat usianya baru 12
tahun di tahun 1990. Hari itu ia pertama kali mendengar bapaknya bermain gondang secara penuh. Gondang sendiri adalah musik ansambel
Batak yang dipadu dengan Tari Tor-Tor, dimainkan pada upacara atau perayaan
khusus. Waktu itu, ada seorang warga dari desanya yang mau jadi anggota DPR.
Di hari itu Ichon merasakan sakit kepala
pertamanya yang tak biasa. Di gulita kampungnya karena upacara itu, sesosok
makhluk gelap bersayap dan bermata kuning runcing masuk ke rumahnya. Berdiri di
pojokan dan menatapnya langsung.
Orang-orang bilang itu sosok Raja Uti,
salah seorang Raja dari Bangsa Batak.
Tak jelas kemauan si makhluk menampakkan
diri pada Ichon seorang. Tapi, sejak itu ia jadi sering bermimpi buruk. Mimpi
tentang makhluk itu. Sosok yang kemudian dikenal sebagai Si Jaga Portibi.
Sejak itu pula, orang-orang sakti
mendatangi Ichon. Minta ia jadi murid. Ichon diramalkan kelak jadi orang sakti
pula. Tapi perebutan itu berbuah pahit. Salah seorang dukun, Ompu Togu Urat,
yang meminang Ichon jadi muridnya, justru lenyap dalam upayanya membunuh Ichon
di Danau Toba. Oleh dukun lain yang juga ingin dia jadi murid, Ichon justru
diberi dua buah batu bersimbolkan sesuatu. Si dukun bilang, batu itu yang akan
mempertemukan Ichon dengan teman sekelompoknya, orang-orang yang punya
kehebatan serta takdir sama dengannya.
Peringatan itu tak terlalu diambil pusing
Ichon, tapi ia tetap menyimpan batu-batunya. Bocah Batak itu justru fokus
memperbaiki nasib keluarganya yang tak senang-senang amat. Dari Sianjur
Mula-Mula di Pusuk Buhit, keluarganya pindah ke Jakarta.
Di saat-saat itu, Ichon mulai terbiasa
dengan kebiasaan bergadangnya. Setelah bertemu Si Jaga Portibi, Ichon jadi tak
pernah tidur. Ia akan bergadang semalaman sambil bermain gitar, membaca, atau
belajar. Sebab, tiap tidurnya jadi pertaruhan nyawa. Si Jaga Portibi
menunggunya di alam mimpi.
Tapi kebiasaan imsonia ini ia rahasiakan.
Meski semua orang akhirnya selalu bertanya, “kau tak tidur-tidur ya, Chon?”
Petualangan Ichon di Jakarta tak lama-lama.
Nasib membawanya jadi imigran gelap di Hoboken, Amerika Serikat. Di sana ia
mulai belajar keras mewujudkan mimpinya, melunasi hutang Bapak yang membiayai
tiketnya ke Amerika.
Ichon ternyata memang bocah mujur. Ia dapat
beasiswa di SMA Amerika, kemudian lulus di Princeton, Columbia, dan Cornell.
Lantas memilih kuliah di Cornell karena ditampung beasiswa penuh. Nasib mujur
berikutnya, ia magang di Wall Street dan kaya raya setelah jadi karyawan tetap
di sana. Semua hutang, semua mimpi, dibayarnya lunas.
Baru, setelah angka di rekeningnya terus
membukit, petualangan sebenarnya ia mulai. Nicky, seorang dokter (hampir)
spesialis mimpi, membuka gerbang perjalanan mencari jati diri bagi Alfa Sagala,
nama baru Ichon setelah pindah ke Amerika.
Petualangan Alfa bakal mirip petualangan
Bodhi di Akar, Elektra di Petir, dan Zarah di Partikel. Ia akan menemukan banyak orang yang membantunya semakin
dekat mengingat kembali siapa dirinya. Bedanya, kisah Alfa tak akan menggantung
seperti kisah Bodhi, Elektra, dan Zarah. Alfa berhasil menemukan dirinya, yang
ternyata bernama Gelombang di suatu dimensi lain.
Sebuah dimensi yang disebutnya Asko. Tempat
ia bertemu Bintang Jatuh, atau yang lebih kita kenal sebagai Diva di seri
pertama Supernova: Ksatria, Puteri, dan
Bintang Jatuh (KPBJ).
Hal ini menjawab mengapa Alfa adalah tokoh
yang harus hadir di buku kelima. Sebab di keping inilah, siapa sebenarnya
Bodhi, Elektra, dan Zarah mulai terkuak. Mereka disebut Peretas, tapi apa itu
Peretas? Sepenuhnya belum dijawab gamblang Dee di sini.
Pembaca juga mulai bisa menerka siapa Gio
Alvaro, pemuda tampan yang selalu jadi cameo di KPBJ, Akar, dan epilog Gelombang sendiri.
Ataupun cameo-cameo lainnya, seperti Isthar Summer dan Kell si tukang tato.
Tapi hanya batas menerka. Sebab, sama seperti buku-buku sebelumnya dari seri
Supernova, Gelombang pun meninggalkan
teka-teki. Dahaga baru yang harus kita tunggu di buku terakhirnya, Intelegensi
Embun Pagi.
Sukar membahas ekstrensik novel ini, sebab
Supernova memang selalu menyajikan plot aneh yang mengusik batin dan logika. Demikian
pula buku kelimanya ini. Gelombang
hadir dengan alur unik yang hebat, karakter kuat, serta kematangan menulis Dee
yang semakin terasa.
Ini pula jawaban kenapa Gelombang jadi begitu penting. Ia hadir
sebagai ‘ejakulasi pertama’ sebelum ‘orgasme yang sesungguhnya’ dihadirkan
Intelegensi Embun Pagi. Kita tunggu saja.