Sunday, November 30, 2014

  |   No comments   |  

Supernova Gelombang: ‘Ejakulasi Pertama’ Sebelum ‘Orgasme Sesungguhnya’



Karakter baru diperkenalkan lagi. Kali ini Parmalim Batak bermarga Sagala. Lewatnya, jaring laba-laba Supernova makin terang-benderang. Mungkin Dee ingin pembaca ejakulasi sebentar, sebelum disuguhkan orgasme dahsyat tentang apa sebenarnya Supernova.



Dewi ‘Dee’ Lestari hanya butuh dua tahun untuk menyuguhkan Gelombang, keping baru dari heksaloginya, Supernova. Penggemar setia karya ini setidaknya tak menunggu delapan tahun seperti saat menanti kehadiran Partikel (2012) novel keempat, setelah Akar (2004) novel ketiga.

Tak perlu berpuasa lama untuk melanjutkan petualangan yang disajikan Supernova. Kali ini, karakter baru muncul untuk memandu kita. Namanya, Thomas Alfa Edison Sagala. Biasa dipanggil Ichon saat masih di kampungnya di Sianjur Mula-Mula, sebuah kampung yang konon tempat lahir bangsa Batak pertama kali di dunia. Letaknya di Pulau Samosir, di tengah-tengah Danau Toba.

Kisah Ichon dimulai saat usianya baru 12 tahun di tahun 1990. Hari itu ia pertama kali mendengar bapaknya bermain gondang secara penuh. Gondang sendiri adalah musik ansambel Batak yang dipadu dengan Tari Tor-Tor, dimainkan pada upacara atau perayaan khusus. Waktu itu, ada seorang warga dari desanya yang mau jadi anggota DPR.

Di hari itu Ichon merasakan sakit kepala pertamanya yang tak biasa. Di gulita kampungnya karena upacara itu, sesosok makhluk gelap bersayap dan bermata kuning runcing masuk ke rumahnya. Berdiri di pojokan dan menatapnya langsung.

Orang-orang bilang itu sosok Raja Uti, salah seorang Raja dari Bangsa Batak.

Tak jelas kemauan si makhluk menampakkan diri pada Ichon seorang. Tapi, sejak itu ia jadi sering bermimpi buruk. Mimpi tentang makhluk itu. Sosok yang kemudian dikenal sebagai Si Jaga Portibi.
Sejak itu pula, orang-orang sakti mendatangi Ichon. Minta ia jadi murid. Ichon diramalkan kelak jadi orang sakti pula. Tapi perebutan itu berbuah pahit. Salah seorang dukun, Ompu Togu Urat, yang meminang Ichon jadi muridnya, justru lenyap dalam upayanya membunuh Ichon di Danau Toba. Oleh dukun lain yang juga ingin dia jadi murid, Ichon justru diberi dua buah batu bersimbolkan sesuatu. Si dukun bilang, batu itu yang akan mempertemukan Ichon dengan teman sekelompoknya, orang-orang yang punya kehebatan serta takdir sama dengannya.

Peringatan itu tak terlalu diambil pusing Ichon, tapi ia tetap menyimpan batu-batunya. Bocah Batak itu justru fokus memperbaiki nasib keluarganya yang tak senang-senang amat. Dari Sianjur Mula-Mula di Pusuk Buhit, keluarganya pindah ke Jakarta.

Di saat-saat itu, Ichon mulai terbiasa dengan kebiasaan bergadangnya. Setelah bertemu Si Jaga Portibi, Ichon jadi tak pernah tidur. Ia akan bergadang semalaman sambil bermain gitar, membaca, atau belajar. Sebab, tiap tidurnya jadi pertaruhan nyawa. Si Jaga Portibi menunggunya di alam mimpi.

Tapi kebiasaan imsonia ini ia rahasiakan. Meski semua orang akhirnya selalu bertanya, “kau tak tidur-tidur ya, Chon?”

Petualangan Ichon di Jakarta tak lama-lama. Nasib membawanya jadi imigran gelap di Hoboken, Amerika Serikat. Di sana ia mulai belajar keras mewujudkan mimpinya, melunasi hutang Bapak yang membiayai tiketnya ke Amerika.

Ichon ternyata memang bocah mujur. Ia dapat beasiswa di SMA Amerika, kemudian lulus di Princeton, Columbia, dan Cornell. Lantas memilih kuliah di Cornell karena ditampung beasiswa penuh. Nasib mujur berikutnya, ia magang di Wall Street dan kaya raya setelah jadi karyawan tetap di sana. Semua hutang, semua mimpi, dibayarnya lunas.

Baru, setelah angka di rekeningnya terus membukit, petualangan sebenarnya ia mulai. Nicky, seorang dokter (hampir) spesialis mimpi, membuka gerbang perjalanan mencari jati diri bagi Alfa Sagala, nama baru Ichon setelah pindah ke Amerika.

Petualangan Alfa bakal mirip petualangan Bodhi di Akar, Elektra di Petir, dan Zarah di Partikel. Ia akan menemukan banyak orang yang membantunya semakin dekat mengingat kembali siapa dirinya. Bedanya, kisah Alfa tak akan menggantung seperti kisah Bodhi, Elektra, dan Zarah. Alfa berhasil menemukan dirinya, yang ternyata bernama Gelombang di suatu dimensi lain.

Sebuah dimensi yang disebutnya Asko. Tempat ia bertemu Bintang Jatuh, atau yang lebih kita kenal sebagai Diva di seri pertama Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ).

Hal ini menjawab mengapa Alfa adalah tokoh yang harus hadir di buku kelima. Sebab di keping inilah, siapa sebenarnya Bodhi, Elektra, dan Zarah mulai terkuak. Mereka disebut Peretas, tapi apa itu Peretas? Sepenuhnya belum dijawab gamblang Dee di sini. 

Pembaca juga mulai bisa menerka siapa Gio Alvaro, pemuda tampan yang selalu jadi cameo di KPBJ, Akar, dan epilog Gelombang sendiri. Ataupun cameo-cameo lainnya, seperti Isthar Summer dan Kell si tukang tato. Tapi hanya batas menerka. Sebab, sama seperti buku-buku sebelumnya dari seri Supernova, Gelombang pun meninggalkan teka-teki. Dahaga baru yang harus kita tunggu di buku terakhirnya, Intelegensi Embun Pagi.

Sukar membahas ekstrensik novel ini, sebab Supernova memang selalu menyajikan plot aneh yang mengusik batin dan logika. Demikian pula buku kelimanya ini. Gelombang hadir dengan alur unik yang hebat, karakter kuat, serta kematangan menulis Dee yang semakin terasa.

Ini pula jawaban kenapa Gelombang jadi begitu penting. Ia hadir sebagai ‘ejakulasi pertama’ sebelum ‘orgasme yang sesungguhnya’ dihadirkan Intelegensi Embun Pagi. Kita tunggu saja.

0 comments :

Post a Comment