Tuesday, March 31, 2015

  |   No comments   |  

Film Oh Film



Wah. Belakangan duit memang terlalu gampang habis dibantai bioskop-bioskop. Entah kenapa, film-film yang belakangan keluar murah rejeki. Setidaknya, mereka berhasil membuat saya merogoh kocek untuk bayar tiket di 21. Well, walaupun sebenarnya enggak sampai separuh dari flm-film di bawah saya tonton di bioskop. Kebanyakan dari hardisk teman. Tapi, inilah rekap ulasan saya pada beberapa film yang saya tonton dua bulan belakangan.

1.       Into The Woods



Dear Ms. Meryl Streep, you are my everything, thank you for your existence in this cruel world. Film ini seperti film-film lainnya yang dibintangi Ms. Streep: spektakuler. Film musikal dengan aktor-aktor kelas kakap lainnya: Emily Blunt, Johny Depp, Anna Kendrick, Chris Pine dan lain-lain. Ceritanya ada Cinderella, Jack dan Kacang Polong, Si Kerudung Merah, dan Rapunzel digabungkan dalam film ini. Karena ini musikal, pasti nyanyi sana-nyanyi sini. Tapi nyanyian di musikal satu ini tak ada yang seluarbiasa I Dream a Dream dari Les Miserables yang dinyanyiin Anna “Fantine” Hathaway atau Let It Go dari Frozen yang dinyanyikan Idina “Elza” Menzel. Tapi, film ini tetap worth it untuk ditonton.

2.       Nightcrawler


Jake Gyllenhaal oh Jake Gyllenhaal!! Dia benar-benar total jadi psikopat memuakan di sini. Tokoh utama ini adalah karakter self-centered yang bakal ngelakuin apa aja supaya dia bisa apa aja. Di sini Jake jadi kamerawan lepas untuk sebuah acara berita kriminal. Di film ini, kita (kita di sini dimaksudkan untuk orang-orang yang dekat dengan ‘jurnalisme’) bakal banyak mikir dengan keadaan dunia jurnalistik kita sekarang. Terutama di pertelevisiannya. Tapi jangan salah. Film ini sama sekali tidak mencoba megupas apa-apa. Ini haya thriller yang dibuat untuk menghibur. Tapi selain menghibur, ada pesan yang diam-diam diselipkan. Pesan ini tak dimaksud untuk ‘harus’ ditangkap oleh semua penonton. Di situlah saya merasa senang menonton film ini. Sangat menghibur, dan cukup menginspirasi saya untuk buat naskah tentang wartawan.

3.       The Interview



AMAZIIING!! Saya pikir, saya jelas bukan satu-satunya pria di dunia ini yang makin jatuh cinta dengan James Franco. Saya pikir, semua jin juga bakal jatuh hati sama jenius satu ini.
Film ini ditulis, dikonsepkan, dan jelas dibuat dengan sebuah keseriusan yang dalam. Hampir tak ada cela, in my-very-humble-self opinion. Untuk anak komunikasi, film ini bagus banget dijadiin skripsi. Anak politik yang suka komunikasi politik juga bisa jadiin film ini penelitian brilian kalian! Sayang, judul skripsi saya yang diasese bukan film ini. Sungguh sayang. Ohya, karena film ini tidak ditayangkan di Indonesia, saya sangat menghormati para sineasnya untuk tidak membocorkan spoiler apa pun, selain bahwa film ini worth it untuk ditonton dua kali atau tiga kali dalam hari yang sama.

4.       Whiplash



Simpel, tapi ngangenin. Ini film sebenarnya dibalut naskah yang sederhana banget. Tentang seorang bocah yang mengejar mimpinya jadi drummer terbaik di dunia. Sepanjang film kita bakal lihat seberapa besar tekadnya untuk capai mimpi itu. Selain menghadapi mentor superseram yang diperankan JK Simmons, pemenang aktor pendukung terbaik di Oscar tahun ini, si bocah juga harus rela mutusin pacar secantik Melissa Benoist. Bocah itu diperankan Miles Teller. Keren!

5.       Birdman



Untuk orang-orang pecinta broadway kayak saya, ini film wajib tonton. Di-sutradarai dengan sangat cerdas oleh Sutradara Terbaik Oscar 2015, Alejandro González Iñárritu. Sinematografi yang bikin saya berdecak kayak hampir setiap adegan. Well, karena film ini cuma pakai satu long shot panjang, bisa dibilang film ini cuma punya satu adegan sih. Hahaha IYKWIM. Serius berdecak kayak, “ck… ck…”. Konfliknya enggak biasa di dekade terakhir. So, this movie was a real thing. Apalagi setelah menang di Oscar. Anyway, saya nontonnya sehari sebelum Oscar dan langsung bilang ke orang-orang kalau film ini bakal menang Sinematografi terbaik. Dan… saya ternyata punya bakat jadi cenayang.

6.       Boyhood



Wow. Salut untuk kerja keras sutradara Richard Linklater. Film ini saingan garis kerasnya Birdman. Bahkan menang duluan di Golden Globe. Alur ceritanya sederhana banget. Tapi ada imajinasi luar biasa dan kerja keras tak terhingga di balik film dua jam yang dibikin selama 12 tahun ini. Worth it banget untuk ditonton. Anyway, Linklater enggak perlu sedih karena enggak menang di Oscar. Tapi seluruh penduduk Bumi pasti sepakat kalau dia pasti menang kalau ada penganugerahan piala untuk manusia paling konsisten dan sabar di muka Bumi ini.

7.       Selma


Biasa aja. Sungguh. Tapi akting Oprah Winfrey buat film ini jadi worth it. Saya nangis pas dia mukul polisi rasis. Selain suara John Legend di penutupan film.

8.       The Imitation Game


Cumberbatch as Turing. What a brilliant choice. Udah itu aja. FIlmnya bagus. Seperti film-film biografi lainnya.

9.       Foxcatcher



Yang muncul di kepala saya habis nonton film ini cuma dua hal? Pertama, itu tadi serius Channing Tatum? Bibirnya gitu amat. Well, which mean good acting. Kedua, FILM APA INIII???

10.   The Normal Heart


Ini film disutradarai sama salah satu manusia favorit saya di dunia ini, Mr. Ryan Murphy. Ceritanya tentang gimana kaum gay terutama yang pria, bisa dapat hak politiknya. Benar-benar film propaganda. Sama kaya Selma. Tapi bedanya, semua yang main berakting luarbiasa menarik perhatian. Mark Rufallo yang jadi bintang utama benar-benar kelihatan kaya gay-tua yang menyebalkan (Well, Rufallo is one of the kind. Di Begin again dia luar biasa, bahkan di Foxcatcher-yang-entahapa-itu dia juga tampil menonjol). Matt Bomer bahkan rela turunin berat badannya sampai segitu supaya bisa peranin The Poor Felix Turner yang kena HIV/AIDS. Ohya, jangan lupa sama Julia Roberts yang kasih satu adegan marah-marah yang saya self-proclaimed sebagai best scene of 2014.

11.   The Best Of Me


Film murah. Well, kebanyakan film murah ya kaya gini. Cuma bisa jadi film “murah”.

12.   Big Hero 6


Pantas dapat animasi terbaik! Saya sedang menunggu sekuelnya.

13.   Theory Of Everything



Oh Felicity Jones aaaaaaaaaaaaaaaarrrhhhh!! Will you marry me??? Tapi, akting Eddy Redmayne bikin saya juga mau nikah sama dia. Ini film bagus dengan naskah adaptasi yang biasa-biasa saja. Jadi, gitu deh.

14.   Gone Girl dan The Boy Next Door






Well, dua film ini saya gabungkan karena penilaian saya serupa untuk kedua-duanya. Saya tidak bilang eksekusi kedua film ini baik, tapi saya senang setelah melihat dua film thriller ini. Saya punya firasat baik, kalau thriller bakal jadi hits setelah 2015 karena dua film ini. Mungkin setelah para produser Hollywood kehabisan akal bikin biofilm, dan atau film-film romantis berbudget murah, Gone Girl dan The Boy Next Door bakal menginspirasi mereka buat film thriller lagi. Mungkin kurangnya, Gone Girl belum bisa menerjemahkan keseraman dalam buku adaptasinya ke rol film sampai-sampai harus memperlihatkan penis Ben Affleck untuk meraup penonton. Sementara naskah The Boy Next Door juga terlalu dangkal dan “biasa”. Meski bokong mahal punya Jennifer Lopez memang worth it untuk dipampang dalam adegan mesranya bersama Guzman yang damn-lucky!

15.   Paddington


Enggak lucu. Atau humor saya yang jelek.

16.   Fifty Shades Of Grey
Sumpah, ini sama sekali bukan film. Hancur. Jelek. Dan emding enggak usah ditonton. Jelek dari semua lini: akting, naskah, penyutradaraan.

17.   Cinderella



Yang bagus cuma akting Cate Blanchett dan baju-baju yang ada di film. Terutama baju Cinderella di pesta Pangeran. Kemungkinan besar, film ini bakal masuk nominasi Oscar untuk kostum terbaik. Saya ketiduran di tengah film. Jadi kurang tau darimana Ibu Peri yang diperankan Belatrixx Lastrange di Harry Potter a.k.a Helena Bonham Carter. Iya, film ini saya tonton di bioskop.

18.   Kingsman: The Secret Service



Ini film asik! Keren! Dan saya punya firasat, adegan perkelahian Colin Firthd di Pub bakal jadi tren sendiri di kalangan sinematografer. Film menghibur yang enggak buat kita mikir: apa yang salah dari film ini. Bisa santai dari awal sampai akhir film. Dan terhibur. Sayang, LSF yang bodoh memotong satu adegan yang sebenarnya keren banget secara sinematografi di tengah film. Motongnya begok pula. Kerasa banget bagian itu kepotong. Jadi di tengah film diputar kita semua bakal, “what THE HELL???” iya, yang ini juga saya nontonnya di bioskop.

19.   Insurgent




Sama sekali beda dengan bukunya. Dan demi Allah, lebih bagus filmnya. Gausah bahas akting ya kalau film fantasi dari adaptasi buku gini. Lagian yang main itu Shailene Woodley. Man, you cant judge someone so fucking pretty like her. Pokoknya, filmnya lebih worth it dari novelnya. Yang bikin aneh sih ada scene yang membingkai kehadiran Shailene, Miles Teller, Ansel Elgorts, dan Theo James. Shit, ini semua cowok kan pernah ada adegan ranjangnya sama Shailene. Hahahahahaha sumpah, itu adegan sebenarnya adegan tegang karena marah-marah, tapi jadi tegang lain (baca: jangan ngeres) karena ingat Shailene pernah telanjang bareng cowok-cowok itu di film lain.

20.   Tracers



Ini baru ditonton hari ini sih. Tapi kurang suka dengan tensi filmnya. Walaupun cerita beginian udah lama enggak ada di bioskop, jadi kaya tontonan segarlah di sela-sela istirahat dari skripsi.

0 comments :

Post a Comment