Tuesday, March 10, 2015

,   |   2 comments   |  

Ketika Pria-pria Patah Hati Berkumpul



Pertemuan kami kemarin siang ditakdirkan tanpa kesengajaan. Maksudnya, ya namanya takdir pasti sudah direncanakan dan pasti disengajakan. Tapi itukan cuma Yang Maha Kuasa yang tahu. Bagi kami berempat yang menjalankan, pertemuan semalam sama sekali tanpa kesengajaan.



Awalnya saya cuma rindu makan sepotong sayap ayam krispi yang dibuat dalam paket termurah di KFC. Jadilah siang kemarin saya santai, pakai kaos santai, celana santai, untuk santai-santai makan siang di KFC. Sendiri.

Tapi tanpa sengaja, ekor mata saya menangkap kehadiran seorang bastard buluk yang pakai kaos buluk, jins belel yang buluk, tas buluk, dan tampang buluk. Otak saya langsung mengidentifikasi bocah itu sebagai Cameo. Atas nama pertemanan, saya akhirnya duduk di sebelah kursi yang diduduki Cameo. Bocah itu tak kaget sama sekali. Mungkin lewat ekor matanya, dia juga sudah lihat kedatangan saya sejak saya parkir. Karena Cameo memang duduk menghadap halaman parkir KFC itu.

Awal perbincangan kami berdua dibuka dengan basa-basi paling basi tentang kabar keduanya. Saya bilang pengin sibuk skripsi, sementara Cameo bilang dia sibuk mikir. Entah apa pun maksudnya, saya hanya membalas dengan tersenyum.

Sekitar empat menit seperempat (kalau tidak salah, soalnya saya tidak ingat kalau saya melihat jam kemarin), ayam yang saya pesan sudah tinggal tulang-belulang yang sum-sumnya disedotin. Lebih lima puluh detik kemudian (yang ini juga hanya terka-terkaannya saya saja) Orion dan Oktober datang duduk di meja kami. Oktober bilang dia lewat di depan KFC ini dan lihat ada kami berdua duduk di sini. Sementara Orion bilang, dia dari tadi keliling-keliling di jalanan dan enggak sengaja ketemu Oktober dan mengikutinya sampai kemari.

Mendengar alasan Ion, panggilan Orion, singgah ke sini, kami semua menganga. Termasuk Cameo yang sebenarnya lagi sibuk mengunyah kulit ayam krispinya.

Bertahun-tahun berteman dengan Ion, kami tak pernah tahu kalau Ion punya kebiasaan aneh begitu. Oktober bahkan langsung berkomentar sarkas, “Jadi selama ini kamu itu penguntit saya?”
Meskipun enggak ada kata negatif di kalimat Oktober barusan, tapi telinga kami semua terasa bernanah. 

“Bukan! Tadi itu cuma enggak sengaja kok,” kata Ion buru-buru.

“Kamu sebenarnya kenapa, Yon?” Cameo akhirnya menanyakan pertanyaan yang pas.
Sejenak bocah paling tampan di antara kami semua itu diam. Tapi seperti biasa, akhirnya dia menceritakan apa yang membuat kepalanya resah sebulan-dua bulan belakangan.

Dia bilang, dia kembali dekat dengan Senja, gadis oriental super keras kepala yang tempo hari pernah diceritakannya waktu kami lari pagi. Menurut cerita Ion, gadis itu kembali mendekat ke arahnya. Awalnya ia kira itu hanya semacam nostalgia belaka di antara keduanya. Sebab, mereka berdua memang jadi teman dekat selama setahun terakhir. Tapi di saat yang sama, Ion memutuskan untuk memendam rasa pada Senja, orang pertama yang bisa membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kenapa? Sebab selama itu pula Orion tak yakin dengan perasaannya. Jujur, katanya dia memang mengagumi Senja. Dan ‘mengagumi seseorang’ saja merupakan hal yang tidak biasa bagi seorang Orion. Dia itu si superegois. Tak ada yang bisa membuatnya menghamba cinta selain dirinya sendiri. Dia memang supernarsistik di saat bersamaan. Tapi, sulit bagi Orion untuk mengakui betapa dia senang melihat cara Senja tersenyum, berjalan, diam dalam bacaannya, tenggelam dalam apa yang ditontonya, dan terutama cara Senja menatap matanya secara sembunyi-sembunyi. Orion tak bisa bohong, ada sesuatu yang bergetar jauh di dasar hatinya yang paling dasar.

Sebenarnya, mendengar Orion mengoceh begitu saja sudah sangat aneh. Kami semua jadi penasaran seperti apa sebenarnya sosok Senja itu. sosok seseorang yang bisa membuat si superegois cum supernarsistik bisa bertekuk lutut. Yang menjadi tidak aneh adalah bahwa Orion masih terlihat begitu menyangkal semua perasaan yang dimilikinya untuk Senja. Masih ada sebagian diri Orion yang tak rela kalau dia ternyata harus menyukai orang lain selain dirinya sendiri.

“Tapi, sebenarnya ada satu alasan lagi,” kata Orion di tengah obrolan. Ia bilang, dia sendiri tak yakin kalau Senja juga menyukainya. Tapi kadang, ia juga merasa kalau Senja punya perasaan tersembunyi juga untuknya. Perasaan dilematis ini yang akhirnya membuat Orion menyerah. Ia belum pernah hidup di sebuah ketidakpastian yang ternyata begitu menyiksa.

Saya sih mafhum. Orang sekeren Orion pasti akan sangat jetlag dengan sebuah ketidakpastian. Ketidakpastian hanya pernah dijalankan oleh manusia normal. Manusia yang tak punya kesempurnaan seperti Orion. Ketidakpastian adalah sesuatu yang muncul dari ketakutan manusia terhadap rejeksi—penolakan. Orion yang seumur hidupnya selalu dipuja-puji pasti pada akhirnya akan menemui jetlag pertamanya terhadap penolakan. Dan Tuhan menakdirkan Senja sebagai penyebabnya.

Perbincangan tentang Senja berhenti di sana. Kami tak bisa berkomentar banyak, karena benar-benar tak pernah ketemu si Senja ini. Tapi menurut deskripsi Orion, Senja itu adalah ia versi seorang gadis. Senja juga superegois dan supernarsitik. Bedanya, Orion akan selalu tampak menonjol tanpa perlu berusaha karena ia punya karisma. Sementara Senja sebenarnya juga punya karisma, tapi anehnya karisma itu muncul dari kesederhanaan Senja. Kesederhanaan itu yang membuatnya menonjol.
Oktober juga akhirnya cerita tentang kisah patah hatinya. Kisah patah hati yang katanya, berhasil dilaluinya.

Beberapa bulan lalu bocah berkacamata itu memang terlihat sangat mengenaskan. Dia baru patah hati, tentu dengan Rahasia, mantan pacarnya Orion. Tapi hanya aku yang mengetahui rahasia ini. Di pertemuan kemarin itu, Oktober masih merahasiakan Rahasia. Cameo dan Orion tak terlalu curiga tentang siap gadis yang diceritakan Oktober. Karena O memang terlalu puitis. Dia yang paling puitis, jadi wajar kalau dia berlagak romantis dengan tidak menyebutkan nama gadis yang disukainya itu.
Tapi dari cerita si bastard ini, dia sepertinya mengalami masa transisi paling besar dalam hidupnya. Rahasia membolak-balikan dunia Oktober. Ia menganggap jatuh cintanya pada gadis itu bukanlah perkara biasa. Ia telah mencintai Rahasia dengan cara yang paling ekstrem. Sehingga ia jadi sulit untuk membenci cinta pertamanya itu agar bisa melangkah keluar dari hubungan yang sebenarnya tidak sehat bagi jiwanya. Ia bahkan sampai menulis sebuah surat terakhir untuk Rahasia. Surat yang cuma aku sendiri pernah baca.

Tapi itu beberapa bulan lalu. Oktober bilang kini dia sudah jadi manusia bebas lagi, tanpa harus kehilangan cinta untuk Rahasia. Dia ternyata tak perlu membenci Rahasia, untuk bisa keluar hidup-hidup dari rasa sakit patah hatinya pada Rahasia.

“Kuncinya cuma waktu,” kata Oktober. Hubungannya dengan Rahasia masih baik-baik saja sampai sekarang. Mereka tetap makan siang bersama. Bahkan Oktober masih bisa tersenyum saat Rahasia menceritakan pemuda yang ia taksir sekarang.

Cerita Oktober memang menginspirasi kami. Bahwa patah hati mungkin tidak akan terelakan bagi semua pria, bahkan untuk cecunguk seperti saya dan Cameo. Karena faktanya, pemuda sesempurna Orion saja bisa patah hati karena jetlag pertamanya atas penolakan.

Tapi sesungguhnya, saya dan Cameo juga sedang patah hati meski kami tak punya cerita sejelas cerita Oktober dan Orion. Diam-diam saya sedang patah hati dengan nasib sendiri. Belakangan ada yang berubah dari diri saya, dan karenanya saya patah hati. Diam-diam merindukan diri yang lama. Sementara Cameo, dia juga sesungguhnya sedang patah hati. Cameo adalah yang paling tidak memiliki rasa di antara kami. Dia sama sekali belum pernah menyukai seorang pun dalam hidupnya yang memang baru sebentar. Tapi Cameo adalah orang tua yang terjebak di tubuh remaja. Meski ia tak bicara, tapi saya bisa melihat jelas di wajahnya: dia sedang patah hati. Dia patah hati pada dirinya yang tak pernah merasakan cinta.


p.s Perbincangan it uterus berlanjut sampai malam hari. Tapi kami tak melanjutkan kisah-kisah patah hati. Semuanya sepakat untuk menghibur diri. Kami lebih banyak cerita tentang film dan rencana naik gunung setelah aku seminar proposal. Semoga rencana ini bisa sampai. Anyway, kami memang kehilangan jejak Narajata belakangan ini. Kabarnya kemarin dia terkena masalah berat yang tak satu pun dari kami mengetahuinya. Tapi, Narajata memang pribadi yang begitu. Dia tak akan datang dengan tampang murung atau wajah kusut. Dia tak senang kalau orang lain tahu kalau dia sedang ada masalah. Semoga saja masalahnya bisa cepat selesai dan dia kembali bahagia.

2 comments :