Pertemuan kami kemarin siang ditakdirkan tanpa kesengajaan.
Maksudnya, ya namanya takdir pasti sudah direncanakan dan pasti disengajakan.
Tapi itukan cuma Yang Maha Kuasa yang tahu. Bagi kami berempat yang
menjalankan, pertemuan semalam sama sekali tanpa kesengajaan.
Awalnya saya cuma rindu makan sepotong sayap ayam krispi
yang dibuat dalam paket termurah di KFC. Jadilah siang kemarin saya santai,
pakai kaos santai, celana santai, untuk santai-santai makan siang di KFC.
Sendiri.
Tapi tanpa sengaja, ekor mata saya menangkap kehadiran
seorang bastard buluk yang pakai kaos buluk, jins belel yang buluk, tas buluk,
dan tampang buluk. Otak saya langsung mengidentifikasi bocah itu sebagai Cameo.
Atas nama pertemanan, saya akhirnya duduk di sebelah kursi yang diduduki Cameo.
Bocah itu tak kaget sama sekali. Mungkin lewat ekor matanya, dia juga sudah
lihat kedatangan saya sejak saya parkir. Karena Cameo memang duduk menghadap
halaman parkir KFC itu.
Awal perbincangan kami berdua dibuka dengan basa-basi paling
basi tentang kabar keduanya. Saya bilang pengin sibuk skripsi, sementara Cameo
bilang dia sibuk mikir. Entah apa pun maksudnya, saya hanya membalas dengan
tersenyum.
Sekitar empat menit seperempat (kalau tidak salah, soalnya
saya tidak ingat kalau saya melihat jam kemarin), ayam yang saya pesan sudah
tinggal tulang-belulang yang sum-sumnya disedotin. Lebih lima puluh detik
kemudian (yang ini juga hanya terka-terkaannya saya saja) Orion dan Oktober
datang duduk di meja kami. Oktober bilang dia lewat di depan KFC ini dan lihat
ada kami berdua duduk di sini. Sementara Orion bilang, dia dari tadi
keliling-keliling di jalanan dan enggak sengaja ketemu Oktober dan mengikutinya
sampai kemari.
Mendengar alasan Ion, panggilan Orion, singgah ke sini, kami
semua menganga. Termasuk Cameo yang sebenarnya lagi sibuk mengunyah kulit ayam
krispinya.
Bertahun-tahun berteman dengan Ion, kami tak pernah tahu
kalau Ion punya kebiasaan aneh begitu. Oktober bahkan langsung berkomentar
sarkas, “Jadi selama ini kamu itu penguntit saya?”
Meskipun enggak ada kata negatif di kalimat Oktober barusan,
tapi telinga kami semua terasa bernanah.
“Bukan! Tadi itu cuma enggak sengaja kok,” kata Ion
buru-buru.
“Kamu sebenarnya kenapa, Yon?” Cameo akhirnya menanyakan
pertanyaan yang pas.
Sejenak bocah paling tampan di antara kami semua itu diam.
Tapi seperti biasa, akhirnya dia menceritakan apa yang membuat kepalanya resah
sebulan-dua bulan belakangan.
Dia bilang, dia kembali dekat dengan Senja, gadis oriental
super keras kepala yang tempo hari pernah diceritakannya waktu kami lari pagi.
Menurut cerita Ion, gadis itu kembali mendekat ke arahnya. Awalnya ia kira itu
hanya semacam nostalgia belaka di antara keduanya. Sebab, mereka berdua memang
jadi teman dekat selama setahun terakhir. Tapi di saat yang sama, Ion
memutuskan untuk memendam rasa pada Senja, orang pertama yang bisa membuatnya
jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kenapa? Sebab selama itu pula Orion tak yakin dengan perasaannya.
Jujur, katanya dia memang mengagumi Senja. Dan ‘mengagumi seseorang’ saja
merupakan hal yang tidak biasa bagi seorang Orion. Dia itu si superegois. Tak
ada yang bisa membuatnya menghamba cinta selain dirinya sendiri. Dia memang
supernarsistik di saat bersamaan. Tapi, sulit bagi Orion untuk mengakui betapa
dia senang melihat cara Senja tersenyum, berjalan, diam dalam bacaannya,
tenggelam dalam apa yang ditontonya, dan terutama cara Senja menatap matanya
secara sembunyi-sembunyi. Orion tak bisa bohong, ada sesuatu yang bergetar jauh
di dasar hatinya yang paling dasar.
Sebenarnya, mendengar Orion mengoceh begitu saja sudah
sangat aneh. Kami semua jadi penasaran seperti apa sebenarnya sosok Senja itu.
sosok seseorang yang bisa membuat si superegois cum supernarsistik bisa
bertekuk lutut. Yang menjadi tidak aneh adalah bahwa Orion masih terlihat
begitu menyangkal semua perasaan yang dimilikinya untuk Senja. Masih ada
sebagian diri Orion yang tak rela kalau dia ternyata harus menyukai orang lain
selain dirinya sendiri.
“Tapi, sebenarnya ada satu alasan lagi,” kata Orion di
tengah obrolan. Ia bilang, dia sendiri tak yakin kalau Senja juga menyukainya.
Tapi kadang, ia juga merasa kalau Senja punya perasaan tersembunyi juga
untuknya. Perasaan dilematis ini yang akhirnya membuat Orion menyerah. Ia belum
pernah hidup di sebuah ketidakpastian yang ternyata begitu menyiksa.
Saya sih mafhum. Orang sekeren Orion pasti akan sangat
jetlag dengan sebuah ketidakpastian. Ketidakpastian hanya pernah dijalankan
oleh manusia normal. Manusia yang tak punya kesempurnaan seperti Orion.
Ketidakpastian adalah sesuatu yang muncul dari ketakutan manusia terhadap
rejeksi—penolakan. Orion yang seumur hidupnya selalu dipuja-puji pasti pada
akhirnya akan menemui jetlag pertamanya terhadap penolakan. Dan Tuhan
menakdirkan Senja sebagai penyebabnya.
Perbincangan tentang Senja berhenti di sana. Kami tak bisa
berkomentar banyak, karena benar-benar tak pernah ketemu si Senja ini. Tapi
menurut deskripsi Orion, Senja itu adalah ia versi seorang gadis. Senja juga
superegois dan supernarsitik. Bedanya, Orion akan selalu tampak menonjol tanpa
perlu berusaha karena ia punya karisma. Sementara Senja sebenarnya juga punya
karisma, tapi anehnya karisma itu muncul dari kesederhanaan Senja.
Kesederhanaan itu yang membuatnya menonjol.
Oktober juga akhirnya cerita tentang kisah patah hatinya.
Kisah patah hati yang katanya, berhasil dilaluinya.
Beberapa bulan lalu bocah berkacamata itu memang terlihat
sangat mengenaskan. Dia baru patah hati, tentu dengan Rahasia, mantan pacarnya
Orion. Tapi hanya aku yang mengetahui rahasia ini. Di pertemuan kemarin itu,
Oktober masih merahasiakan Rahasia. Cameo dan Orion tak terlalu curiga tentang
siap gadis yang diceritakan Oktober. Karena O memang terlalu puitis. Dia yang paling
puitis, jadi wajar kalau dia berlagak romantis dengan tidak menyebutkan nama
gadis yang disukainya itu.
Tapi dari cerita si bastard ini, dia sepertinya mengalami
masa transisi paling besar dalam hidupnya. Rahasia membolak-balikan dunia
Oktober. Ia menganggap jatuh cintanya pada gadis itu bukanlah perkara biasa. Ia
telah mencintai Rahasia dengan cara yang paling ekstrem. Sehingga ia jadi sulit
untuk membenci cinta pertamanya itu agar bisa melangkah keluar dari hubungan
yang sebenarnya tidak sehat bagi jiwanya. Ia bahkan sampai menulis sebuah surat terakhir untuk Rahasia. Surat yang cuma aku sendiri pernah baca.
Tapi itu beberapa bulan lalu. Oktober bilang kini dia sudah
jadi manusia bebas lagi, tanpa harus kehilangan cinta untuk Rahasia. Dia
ternyata tak perlu membenci Rahasia, untuk bisa keluar hidup-hidup dari rasa
sakit patah hatinya pada Rahasia.
“Kuncinya cuma waktu,” kata Oktober. Hubungannya dengan
Rahasia masih baik-baik saja sampai sekarang. Mereka tetap makan siang bersama.
Bahkan Oktober masih bisa tersenyum saat Rahasia menceritakan pemuda yang ia
taksir sekarang.
Cerita Oktober memang menginspirasi kami. Bahwa patah hati
mungkin tidak akan terelakan bagi semua pria, bahkan untuk cecunguk seperti
saya dan Cameo. Karena faktanya, pemuda sesempurna Orion saja bisa patah hati
karena jetlag pertamanya atas
penolakan.
Tapi sesungguhnya, saya dan Cameo juga sedang patah hati
meski kami tak punya cerita sejelas cerita Oktober dan Orion. Diam-diam saya
sedang patah hati dengan nasib sendiri. Belakangan ada yang berubah dari diri
saya, dan karenanya saya patah hati. Diam-diam merindukan diri yang lama.
Sementara Cameo, dia juga sesungguhnya sedang patah hati. Cameo adalah yang
paling tidak memiliki rasa di antara kami. Dia sama sekali belum pernah
menyukai seorang pun dalam hidupnya yang memang baru sebentar. Tapi Cameo
adalah orang tua yang terjebak di tubuh remaja. Meski ia tak bicara, tapi saya
bisa melihat jelas di wajahnya: dia sedang patah hati. Dia patah hati pada
dirinya yang tak pernah merasakan cinta.
p.s Perbincangan
it uterus berlanjut sampai malam hari. Tapi kami tak melanjutkan kisah-kisah
patah hati. Semuanya sepakat untuk menghibur diri. Kami lebih banyak cerita
tentang film dan rencana naik gunung setelah aku seminar proposal. Semoga
rencana ini bisa sampai. Anyway, kami memang kehilangan jejak Narajata
belakangan ini. Kabarnya kemarin dia terkena masalah berat yang tak satu pun
dari kami mengetahuinya. Tapi, Narajata memang pribadi yang begitu. Dia tak
akan datang dengan tampang murung atau wajah kusut. Dia tak senang kalau orang
lain tahu kalau dia sedang ada masalah. Semoga saja masalahnya bisa cepat
selesai dan dia kembali bahagia.
oh, Adaaaaaam
ReplyDeleteHai Greeeessss!
Delete