Monday, September 14, 2015

No comments   |  

For A Very Good Friend of Mine, Kartini Zalukhu

Kami kenal sejak 2011 silam. Dia senior saya di sebuah organisasi, orang pertama yang ajarkan saya dasar-dasar jurnalisme dalam sebuah kelas, orang pertama yang mengedit berita lempang saya, sekaligus orang pertama yang mengunggahnya pada portal berita pers mahasiswa yang kami naungi kala itu.

Kartini Zalukhu, namanya.

Sosoknya ramah, hangat, tapi esentrik. Dulu, di awal kenal, ia selalu pakai kaus lengan panjang berlapis jaket hoody, rok kembang, jilbab besar, dan headset di telinga. Ia begitu gemar dengan dunia maya, tak hanya gemar, tapi ia juga jago mendalaminya. Tak heran kalau ia lebih senang mojok di sudut sekret dan bisa diam seharian tak bergerak ataupun bersuara. Hal ini yang membuat karakternya berbeda dari kawan-kawan lain di organisasi itu,

Mungkin, karena jauh di dalam diri ini saya juga memelihara keesentrikan tersendiri, maka dengannya saya jadi mudah akrab.

Ia juga sangat kreatif dan pekerja keras. Saya tak bisa sebutkan satu per satu prestasinya, tapi dia memang tipikal orang yang membuktikan eksistensi dirinya dengan terus berkarya. Terutama pada bidang multimedia. Banyak hal yang dilakukannya begitu menginspirasi saya pribadi.

Kami memang bukan tipikal kawan yang selalu bertemu tiap akhir pekan, lalu bercerita panjang lebar tentang masalah hati ke hati, ataupun hanya sekadar berkelakar kocak, ketawa-ketawa sampai pagi. Kami juga bukan tipikal kawan yang akan bertanya kabar jika sudah lama sekali tidak bertemu. Kami hanya akan bertanya kabar kalau sudah bertemu. Kami tipikal kawan yang yang pintar mengatur jarak, pintar memberi ruang. Meski berkesan tak terlalu saling tahu, tapi kami selalu tenggelam dalam obrolan 'berapi-api' tentang karakter kami masing-masing.

Ya, satu lagi keasyikan bersama Kartini Zalukhu adalah, kami tidak akan sibuk membahas orang lain saat sedang bertemu lalu mengobrol. Khas yang dilakukan kebanyakan orang. Tapi, dengan kakak satu ini, rasanya sesekali menjadi pemeran utama dalam kehidupan sendiri sungguh menyenangkan. 

Saya memang jarang betul menuliskan sebuah postingan yang fokus pada satu sosok saja, yang namanya tak disamarkan. Tapi kepada salah seorang teman yang begitu baik ini, saya ingin mempersembahkan tulisan ini. Mungkin ini hanya sekadar rindu yang diluaskan dalam jabaran kata.

See ya soon, Kak.


Related Posts:

  • Pindah Tepat tiga minggu lalu, saya pindah. Kali ini dari rumah kontrakan yang untuk pertama kalinya saya biayai dengan duit sendiri. Tentu saja rumah… Read More
  • Hidup Kadang Terlalu Indah Beberapa malam ini tidur saya nyenyak. Kadang bahkan, bila beruntung, saya mendapati diri saya sedang menari-nari dalam tidur. Menari-nari secara… Read More
  • Nukilan Paling Menyakitkan di Blog Ini Kau datang. Tersenyum. Padaku. Dengan tampang... canggung. Kau bilang, jangan tatap aku begitu... Lututku lemas, jantungku degap-degup kelewat … Read More
  • Perbincangan dengan Diam (Pt. I)P.s. perbincangan di bawah sedikit banyak akan mengungkapkan siapa sebenarnya kau, Diam. Maaf kalau aku belum sempat bilang padamu langsung, bahwa kau… Read More
  • Meluruskan Kembali Pikiran Sebenarnya, tak ada seorang teman pun yang menawarkan sebuah nasihat untuk pergi ke psikolog. Pun, tak pernah sekali pun terbersit di pikiran semp… Read More

0 comments :

Post a Comment