Wah. Belakangan duit memang terlalu gampang habis dibantai
bioskop-bioskop. Entah kenapa, film-film yang belakangan keluar murah rejeki.
Setidaknya, mereka berhasil membuat saya merogoh kocek untuk bayar tiket di 21.
Well, walaupun sebenarnya enggak sampai separuh dari flm-film di bawah saya
tonton di bioskop. Kebanyakan dari hardisk teman. Tapi, inilah rekap ulasan
saya pada beberapa film yang saya tonton dua bulan belakangan.
Dear Ms. Meryl Streep, you are my everything, thank you for
your existence in this cruel world. Film ini seperti film-film lainnya yang
dibintangi Ms. Streep: spektakuler. Film musikal dengan aktor-aktor kelas kakap
lainnya: Emily Blunt, Johny Depp, Anna Kendrick, Chris Pine dan lain-lain.
Ceritanya ada Cinderella, Jack dan Kacang Polong, Si Kerudung Merah, dan
Rapunzel digabungkan dalam film ini. Karena ini musikal, pasti nyanyi sana-nyanyi
sini. Tapi nyanyian di musikal satu ini tak ada yang seluarbiasa I Dream a
Dream dari Les Miserables yang dinyanyiin Anna “Fantine” Hathaway atau Let It
Go dari Frozen yang dinyanyikan Idina “Elza” Menzel. Tapi, film ini tetap worth
it untuk ditonton.
Jake Gyllenhaal oh Jake Gyllenhaal!! Dia
benar-benar total jadi psikopat memuakan di sini. Tokoh utama ini adalah
karakter self-centered yang bakal ngelakuin apa aja supaya dia bisa apa aja. Di
sini Jake jadi kamerawan lepas untuk sebuah acara berita kriminal. Di film ini,
kita (kita di sini dimaksudkan untuk orang-orang yang dekat dengan ‘jurnalisme’)
bakal banyak mikir dengan keadaan dunia jurnalistik kita sekarang. Terutama di
pertelevisiannya. Tapi jangan salah. Film ini sama sekali tidak mencoba megupas
apa-apa. Ini haya thriller yang dibuat untuk menghibur. Tapi selain menghibur,
ada pesan yang diam-diam diselipkan. Pesan ini tak dimaksud untuk ‘harus’
ditangkap oleh semua penonton. Di situlah saya merasa senang menonton film ini.
Sangat menghibur, dan cukup menginspirasi saya untuk buat naskah tentang
wartawan.
3. The Interview
AMAZIIING!! Saya pikir, saya jelas bukan
satu-satunya pria di dunia ini yang makin jatuh cinta dengan James Franco. Saya
pikir, semua jin juga bakal jatuh hati sama jenius satu ini.
Film ini ditulis, dikonsepkan, dan jelas
dibuat dengan sebuah keseriusan yang dalam. Hampir tak ada cela, in
my-very-humble-self opinion. Untuk anak komunikasi, film ini bagus banget
dijadiin skripsi. Anak politik yang suka komunikasi politik juga bisa jadiin
film ini penelitian brilian kalian! Sayang, judul skripsi saya yang diasese
bukan film ini. Sungguh sayang. Ohya, karena film ini tidak ditayangkan di
Indonesia, saya sangat menghormati para sineasnya untuk tidak membocorkan
spoiler apa pun, selain bahwa film ini worth it untuk ditonton dua kali atau
tiga kali dalam hari yang sama.
4. Whiplash
Simpel, tapi ngangenin. Ini film sebenarnya
dibalut naskah yang sederhana banget. Tentang seorang bocah yang mengejar
mimpinya jadi drummer terbaik di dunia. Sepanjang film kita bakal lihat
seberapa besar tekadnya untuk capai mimpi itu. Selain menghadapi mentor
superseram yang diperankan JK Simmons, pemenang aktor pendukung terbaik di
Oscar tahun ini, si bocah juga harus rela mutusin pacar secantik Melissa
Benoist. Bocah itu diperankan Miles Teller. Keren!
5. Birdman
Untuk orang-orang pecinta broadway kayak saya, ini film
wajib tonton. Di-sutradarai dengan sangat cerdas oleh Sutradara Terbaik Oscar
2015, Alejandro
González Iñárritu. Sinematografi yang bikin saya berdecak kayak
hampir setiap adegan. Well, karena film ini cuma pakai satu long shot panjang, bisa dibilang film
ini cuma punya satu adegan sih. Hahaha IYKWIM. Serius berdecak kayak, “ck… ck…”.
Konfliknya enggak biasa di dekade terakhir. So, this movie was a real thing. Apalagi
setelah menang di Oscar. Anyway, saya nontonnya sehari sebelum Oscar dan
langsung bilang ke orang-orang kalau film ini bakal menang Sinematografi
terbaik. Dan… saya ternyata punya bakat jadi cenayang.
6. Boyhood
Wow. Salut untuk kerja keras sutradara Richard Linklater. Film
ini saingan garis kerasnya Birdman. Bahkan menang duluan di Golden Globe. Alur ceritanya
sederhana banget. Tapi ada imajinasi luar biasa dan kerja keras tak terhingga
di balik film dua jam yang dibikin selama 12 tahun ini. Worth it banget untuk
ditonton. Anyway, Linklater enggak perlu sedih karena enggak menang di Oscar.
Tapi seluruh penduduk Bumi pasti sepakat kalau dia pasti menang kalau ada
penganugerahan piala untuk manusia paling konsisten dan sabar di muka Bumi ini.
Biasa aja. Sungguh. Tapi akting Oprah Winfrey buat film ini
jadi worth it. Saya nangis pas dia mukul polisi rasis. Selain suara John Legend
di penutupan film.
Cumberbatch as Turing. What a brilliant choice. Udah itu
aja. FIlmnya bagus. Seperti film-film biografi lainnya.
9. Foxcatcher
Yang muncul di kepala saya habis nonton film ini cuma dua
hal? Pertama, itu tadi serius Channing
Tatum? Bibirnya gitu amat. Well, which mean good acting. Kedua, FILM APA INIII???
Ini film disutradarai sama salah satu manusia favorit saya
di dunia ini, Mr. Ryan Murphy. Ceritanya tentang gimana kaum gay terutama yang
pria, bisa dapat hak politiknya. Benar-benar film propaganda. Sama kaya Selma.
Tapi bedanya, semua yang main berakting luarbiasa menarik perhatian. Mark
Rufallo yang jadi bintang utama benar-benar kelihatan kaya gay-tua yang
menyebalkan (Well, Rufallo is one of the kind. Di Begin again dia luar biasa,
bahkan di Foxcatcher-yang-entahapa-itu dia juga tampil menonjol). Matt Bomer
bahkan rela turunin berat badannya sampai segitu supaya bisa peranin The Poor
Felix Turner yang kena HIV/AIDS. Ohya, jangan lupa sama Julia Roberts yang
kasih satu adegan marah-marah yang saya self-proclaimed
sebagai best scene of 2014.
Film murah. Well, kebanyakan film murah ya kaya gini. Cuma
bisa jadi film “murah”.
Pantas dapat animasi terbaik! Saya sedang menunggu
sekuelnya.
13. Theory Of Everything
Oh Felicity Jones aaaaaaaaaaaaaaaarrrhhhh!! Will you marry me???
Tapi, akting Eddy Redmayne bikin saya juga mau nikah sama dia. Ini film bagus
dengan naskah adaptasi yang biasa-biasa saja. Jadi, gitu deh.
14. Gone Girl dan The Boy Next Door
Well, dua film ini saya gabungkan karena penilaian saya
serupa untuk kedua-duanya. Saya tidak bilang eksekusi kedua film ini baik, tapi
saya senang setelah melihat dua film thriller ini. Saya punya firasat baik,
kalau thriller bakal jadi hits setelah 2015 karena dua film ini. Mungkin
setelah para produser Hollywood kehabisan akal bikin biofilm, dan atau
film-film romantis berbudget murah, Gone Girl dan The Boy Next Door bakal
menginspirasi mereka buat film thriller lagi. Mungkin kurangnya, Gone Girl
belum bisa menerjemahkan keseraman dalam buku adaptasinya ke rol film
sampai-sampai harus memperlihatkan penis Ben Affleck untuk meraup penonton.
Sementara naskah The Boy Next Door juga terlalu dangkal dan “biasa”. Meski
bokong mahal punya Jennifer Lopez memang worth it untuk dipampang dalam adegan
mesranya bersama Guzman yang damn-lucky!
Enggak lucu. Atau humor saya yang jelek.
16. Fifty Shades Of Grey
Sumpah, ini sama sekali bukan film. Hancur. Jelek. Dan emding
enggak usah ditonton. Jelek dari semua lini: akting, naskah, penyutradaraan.
17. Cinderella
Yang bagus cuma akting Cate Blanchett dan baju-baju yang ada
di film. Terutama baju Cinderella di pesta Pangeran. Kemungkinan besar, film
ini bakal masuk nominasi Oscar untuk kostum terbaik. Saya ketiduran di tengah
film. Jadi kurang tau darimana Ibu Peri yang diperankan Belatrixx Lastrange di
Harry Potter a.k.a Helena Bonham Carter. Iya, film ini saya tonton di bioskop.
18. Kingsman: The Secret Service
Ini film asik! Keren! Dan saya punya firasat, adegan
perkelahian Colin Firthd di Pub bakal jadi tren sendiri di kalangan
sinematografer. Film menghibur yang enggak buat kita mikir: apa yang salah dari
film ini. Bisa santai dari awal sampai akhir film. Dan terhibur. Sayang, LSF
yang bodoh memotong satu adegan yang sebenarnya keren banget secara
sinematografi di tengah film. Motongnya begok pula. Kerasa banget bagian itu
kepotong. Jadi di tengah film diputar kita semua bakal, “what THE HELL???” iya,
yang ini juga saya nontonnya di bioskop.
19. Insurgent
Sama sekali beda dengan bukunya. Dan demi Allah, lebih bagus
filmnya. Gausah bahas akting ya kalau film fantasi dari adaptasi buku gini. Lagian
yang main itu Shailene Woodley. Man, you cant judge someone so fucking pretty
like her. Pokoknya, filmnya lebih worth it dari novelnya. Yang bikin aneh sih
ada scene yang membingkai kehadiran Shailene, Miles Teller, Ansel Elgorts, dan
Theo James. Shit, ini semua cowok kan pernah ada adegan ranjangnya sama Shailene.
Hahahahahaha sumpah, itu adegan sebenarnya adegan tegang karena marah-marah,
tapi jadi tegang lain (baca: jangan ngeres) karena ingat Shailene pernah
telanjang bareng cowok-cowok itu di film lain.
20. Tracers
Ini baru ditonton hari ini sih. Tapi kurang suka dengan
tensi filmnya. Walaupun cerita beginian udah lama enggak ada di bioskop, jadi
kaya tontonan segarlah di sela-sela istirahat dari skripsi.