Sunday, August 12, 2012

  |   1 comment   |  

Alterego Favorit

#Cameo
Cameo memang susah ditebak

Sekarang masuk ke Alterego favorit saya. (ssstt... jangan beritahu Alterego yang lain).

Namanya Cameo King Hutabarat. Biasa dipanggil Cameo atau Kemi. umurnya masih 16 tahun, yang paling muda di antara yang lain. Tapi justru Cameo lah yang paling tua. Physically, dia memang masih imut-imut selayaknya anak baru gede normal. Bulu ketiaknya saja baru beberapa helai dan masih halus-halus. Tapi ada yang sedikit tidak beres dengan otaknya; cara berpikirnya.

Cara berpikirnya lebih dulu dewasa daripada umur dan tubuhnya. Maksud saya, jika ada yang berani membelah kepalanya, maka tahulah kita kalau otak bocah ini sudah usang, keriput, kisut, kering dan mungkin sedikit ditumbuhi rambut-rambut putih saking seringnya dipakai berpikir. Anehnya, yang selalu dihasilkan dari proses-proses pemikirannya adalah hal-hal yang gila.

Sebut saja: mati muda di usia 36 tahun, tidak percaya pada intitusi pernikahan, dan beberapa hal lainnya yang ekstrim bila terlontar dari mulut bocah 16 tahun.

Terkadang saya merasa begitu tolol saat berdiskusi dengan Kemi. "Kenapa gue ga mikir gitu pas umur gue se-elo ya, Kem." Kalimat itu adalah kalimat yang paling sering terlontar saat saya mengobrol dengannya. Itu karena Cameo begitu bijak dalam berkeputusan. Seolah-olah semua hal di dunia ini telah dipikirkannya dengan matang-matang. Ndak heran sih, toh bocah ini memang cerdas sejak kecil, sejak dia sudah mulai bisa bicara. Maka kata tanya yang (dahulu) paling sering ia lontarkan adalah "kenapa?". Ibu bilang sih dia sudah bisa bicara dengan lancar saat berusia 11 bulan. Jadi, hitung sendiri saja sudah berapa pertanyaan yang ia tanyakan dan temukan jawabannya.

Hobi utama Cameo adalah membaca. Tak terhitung jumlah buku yang telah ia lahap. Sialnya, buku-buku itu terdiri dari berbagai genre. Jadi tak heran (lagi) ia cukup tahu banyak hal. Kenapa saya bilang cukup? Karena si Aneh Cameo ini tak suka mendalami satu hal hingga begitu dalam. Ia hanya akan mengupas kulit luarnya saja untuk kemudian direnungkan dalam ubun-ubun sendiri. "Mencegah terpengaruh pemikiran-pemikiran orang lain," katanya saat saya tanyai mengapa. Tapi belakangan saya baru sadar kalau Cameo lebih tertarik dengan bacaan yang berbau sejarah. Namun jawaban 'mengapa' dari pertanyaan ini belum saya ketahui jawabannya. Mungkin nanti kalau teringat akan saya tanyakan. Soalnya sekarang Cameo sedang pergi. Dan kalau sudah pergi begini, hanya Yang Maha Kuasa lah yang tahu ia berada di mana.

Cameo memang sangat suka menghilang tiba-tiba utnuk menyendiri. Dia bilang hal itu dilakukannya demi kualitas spiritual yang tetap stabil. Oh ya, dia juga yang paling religius di antara yang lain. Dan jujur saja saya tak pernah bertemu orang sereligius bocah ini seumur hidup. Tapi... ah, semoga Cameo tak marah bila saya beritahu yang satu ini; Tapi sesungguhnya Cameo adalah seorang penganut paham Agnotisme. Paham yang dianut mereka yang beriman kalau Tuhan itu ada tapi tak percaya pada aturan-aturan agama. Salah satu pemikiran ekstrimnya yang ia dapatkan entah dari mana. Selama ini ia merahasiakan hal tersebut karena menganggap tak ada yang lebih siap tentang hal-hal ektrim yang ia pikirkan selain dirinya sendiri. "Kebanyakan orang bakal nganggap gue aneh, dan lo tau gue paling benci deskriminasi," ungkapnya di sepotong senja saat kami berbincang ditemani bubur jagung muda, makanan favoritnya.

Dan memang benar, Cameo benci deskriminasi. Ia tak suka teman-teman sebayanya (baca: remaja pria normal) saat sedang berkumpul dan membicarakan wanita bak barang pameran di rumah lelang. Cameo tak suka saat mereka bicara seolah-olah merendahkan kaum Hawa karena punya tubuh yang superindah. Padahal, saat saya tanya beberapa teman wanita, kata-kata yang dianggap Cameo merendahkan (misalnya: "si Ranum bagus juga barangnya" atau yang lebih sederhana "Si Ranum senyum terus ke elo tuh, apalagi? embat gih!") adalah kata-kata biasa yang tidak diambil hati oleh kaum wanita itu sendiri. Tapi ya mau bagaimana lagi. Kalau katanya dia benci, maka Cameo akan benci. Titik.

Dia juga benci makhluk-makhluk fanatik. Misalnya mereka yang terlalu setia pada agamanya sehingga sudi merendahkan agama lain. Atau mereka yang terlalu bangga akan etnisnya sehingga mendeskreditkan etnis lain.

Cameo sendiri terlahir dari berbagai etnis dan berbagai agama. Ayahnya Melayu dengan setengah darah Arab, sedang ibunya Karo dengan separuh darah Tiong Hoa. Keluarga Ibunya Protestan taat, sedang keluarga ayahnya muslim fanatik. Jadi jika ada yang bertanya siapa yang paling mengerti keberagaman, maka Cameo akan tersinggung bila ada yang mengaku lebih paham dari dirinya.

Tapi seperti manusia lainnya, dibalik segala sifatnya yang saya puja-puja, Cameo juga punya bagian yang tidak saya suka. Yakni, sifat keras kepalanya. Dia yang paling keras kepala di antara yang lain. Cameo memang bukan tipikal orang yang akan sudi menghabiskan waktu dengan bertegang urat leher. Malah dia lebih senang diam-melihat daripada berdebat. Tapi justru di situ titik keegoisan tertingginya. Sikap itu seolah-olah berkata, "Silakan Bicara hingga mulutmu berbuih, tapi aku punya otakku sendiri yang berfungsi jauh lebih baik."

Oh ya, tentang marga Cameo; Dia hanya suka rima dalam kata tersebut. Bukan karena ia benci ayahnya yang Melayu.

1 comment :

  1. cameo and october character like me.. except religion, I islam... :) x

    ReplyDelete